Penyediaan pangan nasional dalam jangka
panjang perlu ketersediaan lahan untuk produksi pangan. Di sisi lain
alih fungsi lahan sawah yang mencapai 96.500 ha/tahun menyebabkan
produksi padi di lahan irigasi mengalami penururnan. Oleh karena itu
untuk mendukung peningkatan produksi beras pada tahun 2018, Kementan
melakukan terobosan baru dengan ekstensifikasi penanaman padi melalui
program Perluasan Areal Tanam Baru (PATB) di lahan lahan rawa seluas 1
juta ha.
Potensi lahan rawa di Indonesia mencapai
33,4 juta ha; yang terdiri atas 20,1 juta ha lahan pasang surut dan
13,3 juta ha lahan non pasang surut atau lebak.tersebar di empat pulau
besar, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Potensi lahan rawa yang besar dihadapkan
pada berbagai masalah fisiko-kimia lahan, dinamika kondisi tanah dan
air serta beragamnya kesuburan alami tanah, sehingga baru sekitar 14,2
juta hektar yang dinyatakan berpotensi untuk dikembangkan untuk lahan
sawah. Luasan tersebut diharapkan akan terus bertambah jika perbaikan
dan pembangunan infrastruktur terkait dengan pengelolaan tanah dan air
terus dilakukan.
Permasalahan utama yang menghambat
peningkatan produksi padi di lahan rawa antara lain terjadinya dinamika
luapan air pasang maupun sungai besar, kemasaman tanah, keracunan Fe,
Aluminium, defisiensi hara Ca, Mg, dan P. Tingkatan kendala-kendala
tersebut beragam antar tipologi lahan. Selain itu, cekaman biotik berupa
serangan hama dan penyakit juga menjadi factor pembatas produksi padi
di area ini. Beberapa hama penting di lahan rawa antara
laintikus,penggerek batang, kepinding tanah, ulat, orong-orong, wereng
batang coklat, wereng hijau, belalang dan walang sangit. Sedangkan
penyakit utama antara lain blas daun dan blas leher, tungro, hawar daun
bakteri atau yang dikenal sebagai kresek oleh petani, serta hawar
pelepah. Berbagai cekaman ini berfluktuasi pada musim yang berbeda dan
berefek negative terhadap pertumbuhan padi dan produktivitasnya di lahan
ini. Oleh karena itu dibutuhkan effort yang terpadu untuk mengembangkan
lahan rawa, baik varietas, teknik budidaya dan pengendalian hama
penyakit.
Varietas unggul padi yang adaptif dengan
lingkungan rawa menjadi salah satu komponen teknologi penting dan murah
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi baik di lahan pasang surut
maupun lebak. Perbaikan varietas padi rawa ditujukan untuk mendapatkan
varietas unggul baru yang memiliki potensi hasil tinggi dan dapat
beradaptasi dengan baik di lahan pasang surut dan lebak. Sifat-sifat
penting yang menjadi sasaran utama perbaikan adalah potensi hasil,
toleransi terhadap cekaman abiotik seperti keracunan Fe, Al, rendaman
dan salinitas; ketahanan terhadap hama penyakit utama seperti wereng
batang coklat, blas, hawar daun bakteri dan tungro; serta perbaikan mutu
beras. Dua varietas terbaru yang adaptif padi rawa telah berhasil
dilepas secara nasional dengan nama Inpara 8 Agritan dan Inpara 9
Agritan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas padi
di tingkat petani lahan rawa.
Sumber : http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id


Komentar
Posting Komentar